Kade Yudi Saspriyana's Blog

Hear Your Heart. Heart Your Health.

PENYAKIT RADANG PANGGUL March 25, 2010

oleh : dr. Kade Yudi Saspriyana

Penyakit Radang Panggul atau Pelvic Inflammatory Disesase (selanjutnya dalam tulisan ini akan disingkat menjadi PID) merupakan istilah yang merujuk pada suatu infeksi pada uterus (rahim), tuba fallopii (suatu saluran yang membawa sel telur dari ovarium ke uterus), dan organ reproduksi lainnya. Penyakit ini merupakan komplikasi yang umum terjadi pada penyakit-penyakit menular seksual (Sexually Transmitted Disease/STDs), utamanya yang disebabkan oleh chlamydia dan gonorrhea. PID dapat merusak tuba fallopii dan jaringan yang dekat dengan uterus dan ovarium.

Berdasarkan data epidemiologis yang dikeluarkan oleh Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di Amerika Serikat (tahun 2008) disebutkan bahwa lebih dari 1 juta wanita pernah mengalami episode PID akut dalam kehidupannya. Dan lebih dari 100.000 wanita menjadi infertil setiap tahunnya karena PID dan proporsi yang semakin besar dari kejadian kehamilan ektopik setiap tahunnya terkait dengan dampak lanjutan dari PID yang tidak tertangani dengan baik.

Setiap wanita sesungguhnya memiliki barrier fisiologis yang menyebabkan kuman-kuman mengalami hambatan mekanik, biokemik, dan imunologis, baik itu pada vagina, ostium uteri eksternum, kavum uterus, maupun pada lumen tuba uterina fallopii. Bentuk-bentuk hambatan itu diantaranya adalah: epitel vagina wanita dewasa yang cukup tebal dan terdiri atas glikogen, serta basil Doderlein yang memungkinkan pembuatan asidum laktikum sehingga terdapat reaksi asam dalam vagina, yang selanjutnya memperkuat daya tahan vagina. Walaupun dalam vagina terdapat banyak kuman lain, akan tetapi dalam keadaan normal basil Doderlein lebih dominan. Pada serviks uteri terdapat kelenjar-kelenjar yang mengeluarkan lendir yang alkalis serta mengental di bawah kanalis servikalis dan ini menyulitkan masuknya kuman ke atas. Getaran rambut getar pada mukosa tuba fallopii menyebabkan arah pergerakannya menuju uterus dan hal ini disokong oleh gerakan peristaltik tuba yang merupakan halangan pada infeksi untuk terus meluas ke rongga peritonium. Barrier fisiologis ini akan terganggu pada keadaan-keadaan perdarahan, abortus, dan instrumentasi kanalis servikalis. Baca Selengkapnya